Terapi Wicara Dan Telat Bicara
Apa saja yang dilakukan dalam terapi wicara? Anakku belum bisa bicara dan dianjurkan untuk mengikuti terapi oleh dokter
Tanya:
Ibus yang pintar dan baik, aku mau tanya tentang terapi wicara untuk aak. Apa saja yang dilakukan dalam terapi itu, adakah kurikulumnya ?Anakku (3 th, 1 bulan) bicaranya belum jelas dan dianjurkan untuk mngikuti terapi. Kalau sempat hari ini aku mau bertemu dokter rehabilitasi medik. Tapi aku belum tahu apa yang kira-kira harus aku gali dari dokter itu. Tolong aku ya. Terima kasih. [St]
Jawab:
Anakku (19,5 bulan) sudah 1,5 bulan ini mengikuti terapi wicara di Klinik Pela, ditangani oleh 3 orang (dokter anak, psikolog dan dokter rehab). Dari penilaian mereka diputuskan anakku memerlukan terapi yaitu terapi wicara dan terapi okupasi (untuk konsentrasi). Anakku terapi 2 kali dalam seminggu. Menurut pengalamanku, si dokter yang akan banyak bertanya dan menggali informasi dari kita tentang anak kita sambil dia melakukan observasi. Berdasarkan informasi dari kita, dokter bisa lebih cermat melakukan penilaian.
Anakku baru sebulan ini mengikut terapi di Klinik Tumbuh Kembang RS Pondok Indah. Jadi belum banyak yang bisa digali. Si anak diajari untuk menurut dulu, sekalian adaptasi, baru kemudian pelan-pelan diajari untuk bicara. Itupun pengalaman ibu-ibu lain yang aku dengar. Sebelum dikirim untuk terapi, dokter akan banyak menginterview kita dan dia akan menilai juga tingkah laku anak. Lucunya waktu kebetulan anak si dokter juga sedang di sana jadi anakku main dengan anak dokter sehingga dokter bias melakukan observasi.Keputusannya hanya kurang stimulus saja. Jadi perlu dilatih secara intensif dengan terapi dan di rumah.
Tanya:
Mau tanya pendapat ibu semua. Anakku cowok, 21 bulan (akhir bulan ini 22). Belum bisa bicara sampai sekarang. Maksudnya, dia sudah mengeluarkan suara macam-macam, tapi belum ada yang berarti. Yang rada jelas paling mama, papa, emoh, kuda, gajah, pisang. Kalau mau sesuatu dia bisa menunjuk, atau mengeluarkan suara ‘mamamamamam’, atau menarik tangan orang yang di dekatnya. Kalau dikasih tahu sesuatu dia mengerti. Nah, karena adikku lagi ikut pendidikan spesialis anak, dia tanya ke dosennya. Terus sama dosennya itu disuruh bawa cepat-cepat ke tempat prakteknya. Di sana diobservasi, terus disuruh test BERA ke dokter THT. Dokter itu curiga, jangan-jangan salah satu penyebab anakku tidak bicara adalah karena kurang bisa dengar. Padahal aku sudah sering test di rumah, aku panggil pakai suara halus atau aku kasih tahu sesuatu pakai suara kecil, dia respon. Hanya saja dia memang kalau sudah konsen sama sesuatu, mau diteriaki atau mau digoyang-goyang badannya juga tidak merespon panggilan. Setelah test BERA, hasilnya telinga kanan baru respon setelah 50db, telinga kiri baru respon setelah 40 db. Hanya, kata dokter THT-nya, tidak perlu alat bantu dengar karena kemungkinan besar gangguan dengar ringan itu penyebabnya ada serumen sedikit dan anakku lagi pilek. Setelah hasilnya dibawa ke dokter yang dosennya adikku itu, terus anakku disuruh terapi wicara 2x seminggu. Akan mulai Kamis minggu ini. Aku ingin pendapat ibu sekalian. Menurut pengalaman ibu bagaimana? Sebenarnya perlu tidak anakku ikut terapi wicara? Orang-orang yang di sekitarku soalnya nadanya menyalahkan aku. Katanya aku terlalu khawatirlah, aku terlalu memaksakanlah. Ada juga yang bilang, kan anakku belum 2 tahun, buat apa pakai terapi gitu-gitu segala? Bagaimana ya ? Kasih pendapat ya perlu sekali [SKY]
Jawab:
Anakku yang kedua juga cowok, sekarang umur 3 tahun kurang 5 bulan. Ketika umur 2 tahunan anakku juga belum lancar bicara malah kalau disbanding anakmu yang umur 2 thn kurang sudah bisa bicara mama papa gajah pisang sudah jauh lebih bagus tu. Tadinya aku juga sempat khawatir kena autis. Aku juga rajin baca-baca buku tentang autis tapi kalau dilihat memang karena anaknya yang kurang terstimulasi untuk bicara soalnya dia tetap kelihatan merespon ke orang lain apalagi kalau ke papanya, eyang tung-nya atau sepupu-sepupunya yang cowok kelihatan anakku tuh senang sekali diajak main. Karena dirumah kalau pagi sepi (sepupu dan kakak-kakaknya sudah pada sekolah tiap hari) akhirnya dia aku ikutkan play group yang 2 thn-an. Sekitar 3 bulan-an Pasha sekolah tiba-tiba dia mengoceh macam-macam. Aku sekarang suka takjub saja soalnya dia sering sebut kata-kata yang baru. Dan sekarang jadinya bicara terus dan kalau dia belum puas sama jawabannya dia akan tanya terus, senang sekali. Kalau saranku mbak untuk anak laki-laki umur 2 tahun belum termasuk terlambat bicara tapi itu balik lagi ke feeling orang tua-nya. Setiap orang tua biasanya punya feeling tentang anaknya masing-masing apakah memang cuma terlambat bicara atau memang ada sesuatu. Mungkin ikut ke play group juga bagus buat dia bisa bersosialisasi dan menstimulasi bicaranya. Alhamdulillah guru di kelasnya anakku tuh sabaaar sekali dan memang orangnya ngemong ke anak-anak kecil. Sepertinya anakku dulu memang tipe anak yang agresif kalau didekati anak lain mungkin karena sebelumnya dia belum bisa bicara, tapi semenjak “sekolah” dia jadi bisa mengemukakan rasa tidak sukanya dengan marah, tanpa harus bertindak agresif ke anak lain [Gt]
Jawab:
Mbak, anakku 23 bualn juga agak telat bicaranya. Kepintaran anak seusianya sudah bisa ia lakukan bahkan sudah mengerti kalau disuruh-suruh. Sepanjang ini dia sudah bisa panggil mamah, papah, bapa, teteh, kaka, mamam dan beberapa kata pendek lainnya. Cuma untuk menyambung kata dia masih belum bisa. Terus terang aku khawatir sekali, dan sempat konsul ke Dsa-nya katanya tunggu sampai umur 2 tahun, tapi aku tidak sabar, jadi 2 minggu yang lalu aku bawa dia ke Klinik Terpadu Tumbuh Kembang Anak di Kramat Pela, kebayoran untuk diobservasi, alhamdulillah hasilnya: anakku cuma telat 3 bulan dari semestinya, alias masih dalam taraf normal, cuma saja ada kecenderungan “malas” bicara. Tapi perkembangan yang lainnya sudah setara dengan anak 23 bulan. Akhirnya anakku dijadwalkan terapi wicara 2 minggu sekali di sana. Dan sekarang sudah berjalan 2x pertemuan, alhamdulillah baik-baik saja. Jadi menurutku, keputusan mbak memasukkan ke terapi wicara sudah benar, daripada telat sama sekali? Aku cepat bertindak, karena lihat pengalaman anaknya temanku yang ikut terapi ini. Kalau kasusnya anaknya malah sempat dicurigai autis karena tidak ada kontak mata kalau diajak bicara, dan beberapa bulan setelah terapi sudah cerewet sekali! Sekarang malah sudah pintar sekali bicaranya! Sebelum aku ke klinik tersebut, sebenarnya juga ada pro & kontra, cuma dari pihak keluarga sangat mendukung dan beberapa kali aku baca artikel tentang anak yang telat bicara, jadilah aku cepat-cepat bertindak. Menurutku daripada dimasukkan ke PG sejenis tumbletots/gymbore, lebih baik kita “sekolahkan” ke terapi wicara supaya anaknya fokus dan tidak campur-campur sama bahasa asing. Aku & suami juga ada andil kesalahannya, yaitu membiarkan anakku nonton film seperti Telletubies yang berbahasa Inggris. Justru anak yang agak telat bicaranya jangan dibuat bingung dengan 2 bahasa dulu, kalau sudah lancar baru boleh, begitu kata guru/terapisnya.
Kalau metodenya anakku 1 guru = 1 murid, hari pertama masih boleh didampingi, hari kedua tidak boleh lagi didampingi, awalnya memang agak rewel cuma, akhirnya lumayan sukses, karena dia sudah bisa konsen ke gurunya. Di rumah juga kita harus mengulang-ulang yang sudah
diajarkan di sana supaya makin lancar. Tadinya aku mau mendaftarkan ke Klinik Tumbuh Kembang Anak yang di RS Harapan Kita, cuma antri untuk konsul saja sampai sebulan, akhirnya aku dirujuk ke Klinik Kramat Pela itu. Pokoknya mba tidak usah bingung-bingung, apa yang terbaik buat anak kita hanya kita, orang tuanya yang tahu Lagipula di sana suasananya juga menyenangkan, hitung-hitung sekolah privat saja [Wwd]
Pengalaman Mbak ini sama persis dengan pengalamanku dulu dengan anak pertama. Waktu itu orang-orang bilang begitu, tapi aku ikuti saja saran psikiater dan psikolog, daripada menyesal. Tidak apa-apa ikut terapi wicara. Yang aku lihat anakku jadi lebih bisa mengekspresikan keinginannya. Semakin dini tertangani kan semakin baik, karena umur emas kan 0-5 tahun, jadi kalau ketahuan pada umur-umur itu cepat bisa penyembuhannya [An]
Perkembangan bahasa pada anak berbeda-beda. Ada yang cepat ada yang lambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi juga banyak. Tidak hanya berasal dari dalam diri anak (bawaan), tapi yang paling berpengaruh adalah lingkungan. Kasus anak lambat bicara kadang bukan sekedar ada gangguan perkembangan bahasa, tapi bisa juga karena kurangnya latihan. Karena perkembangan bahasa bukan sesuatu yang otomatis akan dikuasai oleh anak. Pada umur 2 tahun pada umumnya akan terjadi yang disebut “ledakan bahasa”. Dalam hal ini anak yang tampaknya tidak bisa bicara akan mulai menggunakan kalimat-kalimat pendek. Jadi kalau anak diam bukan berarti tidak bisa bicara. Karena aspek bicara meliputi kata-kata yang diucapkan dan pemahaman terhadap kata-kata itu. Kalau saya baca ceritanya mbak, tampak di situ kurangnya latihan. Jadi kalau anak mau sesuatu, dengan menunjuk barang yang diinginkan, orang di sekitarnya akan segera mengambilkan barang tersebut. Karena itu, anaknya jadi tidak terlatih untuk mengatakan dengan jelas apa yang diinginkannya. Masalah anaknya kalau lagi konsen sesuatu susah dipanggil, itu hal yang normal menurutku. Kalau dia sama sekali tidak bisa konsen malah kita yang mesti waspada. Menurutku, sebaiknya sebelum melakukan terapi bicara, Mbak bisa mencoba untuk melatih anaknya untuk mengungkapkan dengan artikulasi yang jelas (bukan dengan suara bayi) kata-kata yang ingin diucapkan. Misalnya, bila anak menunjuk gelas pertanda dia haus, tanyakan adek ingin apa? Minum ya? Kalau dia mengangguk, katakan, coba adek bilang mau minum dan diminta untuk mengulangi kata-kata tersebut. Latihan ini tentunya tidak bisa instan ya, harus dilakukan intensif dan juga komitmen dari orang-orang di sekitar. Jadi tidak hanya mbak dan suami yang melakukan, juga pembantu, nenek kakek, dan saudara-saudara lainnya. Kemudian coba pancing juga dengan nyanyian. Menyanyi adalah hal yang menyenangkan untuk mempelajari bahasa. Saran saya, bila mbak masih khawatir dengan perkembangan bicara anaknya, sebaiknya sebelum melakukan terapi, anaknya dibawa ke psikolog untuk pemeriksaan lebih lanjut sambil membawa tes BERA nya. Selain itu supaya kita bisa mengetahui apakah, gangguan bicara ini apakah memang disebabkan oleh faktor fisik (pendengaran) atau karena hal-hal yang bersifat psikologis. Tes psikologi ini bisa dilakukan pada saat anak berumur 2 tahun [AS]
Tanya:
Sekarang anak keduaku sudah mau 2thn2bln, dia masih belum bisa bicara, cuma bisa mama-ayah..dan uggh..ughh… Apa yang kami (orang-orang rumah) lakukan dulu ke anakku yang pertama, diterapkan juga ke anak keduaku, cuma penerimaannya di tiap anak memang beda kali ya..pas buat anak pertama tapi masih kurang stimulasinya buat anak kedua. Sejauh ini segala perintah, perkataan kita, pengenalan huruf-angka, lagu-lagu, baca-baca cerita, cara kita bicara selalu dapat respon yang baik dari anak keduaku, dia juga expressif. Meski dijawab dengan uggh..ughh..dan gerakan tangan. Kalau kita tanya anggota badan, dia tahu, demikian juga buat orang-orang terdekatnya, caranya dengan menunjuk-nunjuk. Kalau misalnya kita ucapkan kata ‘makan’ supaya anakku itu mau mengulang-ulang walau cuma kata ‘kan’ saja, anakku cuma cengir-cengir, senyum-senyum, Harapan aku sih, memorinya merekam itu semua sampai memang pada waktunya dia bicara, tapi yaa tetap saja aku khawatir. Tadinya aku pikir, dia tidak beda jauh dengan abangnya yang pas 2 tahun bicara dan perbendaharaan kata bertambah terus di usia 2-2,5thn itu. Tapi ketika aku tunggu sebulan tidak ada penambahan kata apapun dari anakku. Aku sudah bawa dia ke dsa, konsul tentang hal ini, menurut beliau sejauh ini respon dari anakku bagus hanya menunggu waktu aja, tapi beliau juga tidak melarang kami untuk membawa ke terapi wicara. Dari sharing ibu DI (dulu kan pernah dibahas, aku malah ikutan sharing ) dan aku juga sudah dapat tempat terapi wicara dari moms, ibu S dan dokternya, Aku mau coba ke terapi, ing tahu juga bagaimana buat anakku. Paling tidak kami juga jadi tahu dimana kekurangan kami dalam menstimulasinya. Moga-moga dalam waktu dekat ini anakku sudah bisa bicara ya, bu kadang aku suka kepikiran sendiri, aku yang terlalu khawatir atau biasa aja, memang belum saja waktunya bicara buat anakku? Terima kasih ya, bu [Rhm]
Jawab:
Mbak, Mungkin ada baiknya kalau sebelum ke terapi wicara, disingkirkan kemungkinan-kemungkinan lainnya. Soalnya adikku dulu juga telat bicaranya, dan diterapi wicara tapi tidak ada kemajuan. Ternyata, selidik punya selidik, telinganya yang bermasalah, pendengarannya agak kurang, tapi tidak sampai tuli. Jadi, memang respon kalau dipanggil atau diajak bicara ada, dan ini kalau tidak salah bisa diketahui dengan tes bera. Akhirnya baru setelah itu di terapi wicara yang memang arahnya ke anak yang pendengarannya kurang, baru deh berhasil. Kalau temenku lain lagi, anaknya juga telat bicara, ternyata anatomi lidahnya yang bermasalah. Aku gak inget persisnya, tapi akhirnya harus dioperasi, dan setelah itu memang ngomongnya bagus tuh. Aku cukup sering juga dengar cerita tentang anak-anak yang bicaranya telat, tapi begitu bisa bicara, tidak bisa berenti bicara. Yah, moga-moga memang belum waktunya saja kali ya mbak [Rn]
Aku mau sharing juga, anakku (2th 4bln) juga sempat dibawa ke Terapi Wicara selama 3 bulan (Juni – Agustus lalu). Alhamdulillah sekarang sudah cerewet sekali! Menjelang ulang tahun ke 2 (Juni lalu) aku merasa perbendaharaan katanya tidak ada kemajuan, cuma bisa bilang mamah, papah, bapa, teteh, kaka, mamam dan beberapa kata pendek lainnya dan juga ugh..ugh..sambil nunjuk-nunjuk kalau mau sesuatu. Tapi nalarnya sudah jalan, dan sudah mengerti kalau kita bicara apa. Sama dengan kamu, aku juga khawatir dan sempat konsul ke Dsa-nya katanya tunggu sampai umur 2 tahun, tapi aku tidak sabar, dan akhirnya aku bawa dia ke Klinik Terpadu Tumbuh Kembang Anak di Kramat Pela (Kebayoran) untuk diobservasi. Alhamdulillah anakku cuma telat 3 bulan dari semestinya, alias masih dalam taraf normal, cuma saja ada kecenderungan “malas” bicara. Tapi perkembangan yang lainnya sudah setara dengan anak 23 bualn. Akhirnya anakku dijadwalkan ikut terapi
wicara 2 minggu sekali, tapi dari Kebayoran aku pindah ke Tangerang yang lebih dekat dengan rumah (untung saja ada cabangnya!). Metode
belajarnya 1 guru = 1 murid, pada hari pertama masih boleh didampingi, untuk seterusnya tidak boleh. Selain terapi wicara aku ikutkan program Okupasi (belajar & bermain), untuk mengasah motorik halusnya. Di rumah juga kita harus mengulang-ulang yang sudah diajarkan di sana supaya makin lancar. Menurutku, sebaiknya ikutkan saja anak mbak ke terapi wicara, di sana kan dilatih oleh “ahlinya”, Insya Allah bisa cepat bicara seperti anakku. Soalnya kalau dari ceritamu, kasus anakmu hampir sama dengan anakku, ada unsur ‘kemalasan’nya. Setelah masuk 3 bulan, alhamdulillah anakku sudah makin pintar bicaranya, akhirnya aku stop dulu, sambil lihat perkembangannya. Alhamdulillah, semakin banyak perbendaharaan katanya dan makin bawel. Semoga bermanfaat yaa [Wwd]
Mbak, Kalau menurutku, mungkin :
1. Anak mbak beda sama kakaknya, masalah waktu saja. Coba cek kepekaannya, dia mengerti tidak intisari kata itu apa. Terus, diulang-ulang terus. Anak keduaku juga tidak secepat anak pertama mbak, tapi dia mengerti maksudnya apa. Aku terapkan ini juga, usaha
2. Kalau terapi, makin cepat makin baik. supaya cepat ke-cek ada apa, jika ada apa-apa, syukur-syukur tidak ada apa-apa. Aku belum tahap sepanik mbak. Masih bertahan untuk mencoba sendiri. Tapi terapinya harus lihat-lihat, aku tidak punya kenalan soal ini.
3. Pijit, pijit bayi, apa tradisional yang biasa balita. Kenapa, karena dibadan anak ada susunan syaraf di setiap anggota tubuhnya. Itu mengarah ke otak, otak merintah ke bagian anggota tubuh lain. Biar bagaimana juga Allah SWT sudah membuat pabrik yang paling sempurna yaitu mekanisme tubuh manusia, makanan untuk mata, pasti tersalurkan ke mata. Semoga dengan pijitan-pijitan itu bisa mempercepat proses ke arah yang kita mau.
4. Imunisasi yang meragukan buat mbak, lebih baik tunda dulu. Anakku tidak aku kasih MMR, karena aku ragu.
5. Khawatir, aku juga ngerti. Tapi bismillah-lah mbak. Kita intensifkan saja, lagu-lagu dimobil/rumah/vcd/ radio, bicara/mengoceh apa saja pakai peraga/tidak.
6. Yang sabar ya, masih lebih baik dirimu ada ibu, nah aku, ada apa-apa, berdua saja sama suamiku. Setidaknya mbak lebih bisa konsentrasi untuk ke satu titik, ke anak-anak [Em]